Ada rasa
jijik mengikuti berita-berita seputar konflik Indonesia-Malaysia. Begitu besar
kebencian bangsa Indonesia ke Malaysia, sehingga bernafsu ingin berperang
melawan negara jiran tersebut. Protes, kecaman, provokasi, dll. marak di
mana-mana, menggugat sikap Malaysia yang dianggap sering melecehkan bangsa
Indonesia. Di Malaysia sendiri, warga dan Pemerintah di sana juga bersikap
keras. Walhasil, akankah terjadi konfrontasi terbuka antara Indonesia Vs
Malaysia?
Kalau
mendengar pernyataan-pernyataan provokasi Permadi, dia jelas sangat mendukung
Indonesia perang melawan Malaysia. Permadi meyakinkan, pasukan Indonesia
meskipun peralatan sederhana, tetapi berani mati. Sementara Malaysia, meskipun
fasilitas militer bagus, nyalinya kecil. Permadi setuju gerakan, Ganyang
Malaysia!
Kalau perang
itu nanti terjadi, saya usul Permadi diberi seragam militer, khususnya pasukan
infanteri, lalu diterjunkan dalam peperangan di front terdepan. Kita ingin
melihat, apakah dia berani menerjuni peperangan tersebut? Begitu juga,
wartawan-wartawan TV dan backing politik di belakangnya, yang sok nasionalis
itu, mereka perlu diberi seragam infanteri juga, untuk berdiri di front line.
Kita buktikan saja, sejauh mana kebenaran omongan mereka? Apakah mereka berani
mati, seberani pernyataan mereka?
Perang
melawan Malaysia adalah IDE GILA. Ide sangat gila, dan jangan dipikirkan
sedikit pun peluangnya. Bukan karena kita takut mati, tetapi Malaysia itu
bangsa Muslim. Mungkinkah kita akan berperang melawan sesama Muslim? Sudah
sedungu dan sebejat itukah kita, sehingga ada niatan ingin berperang dengan
sesama Muslim? Masya Allah, betapa rusaknya agama kaum Muslimin di negeri ini,
sehingga urusan negara diletakkan lebih tinggi dari agama.
…Perang
melawan Malaysia adalah ide sangat gila, jangan dipikirkan sedikit pun
peluangnya. Bukan karena kita takut mati, tetapi Malaysia itu bangsa Muslim.
Mungkinkah kita akan berperang melawan sesama Muslim?...
Kalau bangsa
Indonesia berani, ayo kita berperang melawan Australia, berperang melawan
Singapura, berperang melawan Timor Leste, atau Thailand sekalian. Andaikan ada
peperangan seperti ini, insya Allah saya akan ikut mendaftar, dengan niatan
membela kaum Muslimin di negeri ini. Lha, sekarang mau perang dengan Malaysia,
negeri yang di sana ada jutaan kaum Muslimin yang sama-sama bersujud, puasa,
dan membaca Al-Qur’an seperti kita. Perang semacam itu sangat gila, segila ide
perang Irak melawan Kuwait dan Saudi, di masa lalu. Sama-sama Muslim, sama-sama
hamba Allah, kok saling memerangi?
Anda tentu
masih ingat tahun 1990-1991 lalu, ketika terjadi Perang Teluk antara Irak Vs
Kuwait-Saudi. Perang ini benar-benar gila, rusak, dan menghancurkan kehidupan
bangsa Irak, menguras kas keuangan Kuwait dan Saudi. Tahukah Anda, mengapa
terjadi perang itu? Demi Allah, perang ini adalah adu domba Eropa dan Amerika
belaka.
Saddam
Hussein pernah mengaku, bahwa dia tak pernah punya niat menyerang Kuwait atau
Saudi. Saddam sangat sadar bahwa dalam perang Irak-Iran, Kuwait dan Saudi
sangat mendukung posisi Irak. Jadi tidak mungkin kalau Irak akan menyerang
Kuwait dan Saudi.
Ide gila
menginvasi Kuwait ketika itu muncul di benak Saddam, karena dia terus
diprovokasi oleh utusan-utusan dari kedutaan besar Inggris dan Prancis. Utusan
itu terus datang ke Saddam memprovokasi dirinya agar menyerang Kuwait. Alasan
yang dibawa utusan itu ialah, Kuwait diduga telah menyedot cadangan minyak Irak
dari wilayah Kuwait. Utusan-utusan penipu itu meyakinkan Saddam Husein dengan
data-data, fakta-fakta, yang dibuat-buat. Saddam pun terprovokasi, sehingga akhirnya
menginvasi Kuwait. Saddam mengklaim Kuwait adalah sebuah provinsi, bagian dari
wilayah Irak.
Ketika Irak
sudah menginvasi Kuwait, syaitan-sayitan dari Inggris dan Perancis segera
melarikan diri dari arena. Peranan selanjutnya dikerjakan Amerika Serikat.
Amerika merasa dirinya sangat peduli, sangat mencintai, sangat memuja bangsa
Kuwait; mereka pun tampil sebagai pahlawan, siap menegakkan keadilan dan
melenyapkan penindasan. Tak lupa pahlawan-pahlawan kesiangan Amerika membawa
slogan Rambo, “No one can stop me!”
Akhirnya,
Irak digebuk dari berbagai arah. Ribuan ton rudal dijatuhkan ke wilayah Irak,
puluhan ribu pasukan, ratusan pesawat tempur, tank, kapal induk, dll.
dikerahkan ke Irak. Amerika tidak berani menghadapi Irak sendiri, mereka
menggandeng negara-negara Sekutu NATO.
…Jangan
menyalahkan Malaysia kalau mereka bersikap agresif. Dulu di jaman Soeharto,
bangsa lain tak berani memprovokasi kita, karena ketika itu kita masih memiliki
sedikit INTEGRITAS. Nah, saat ini sebagian besar politisi dan pejabat bersikap
munafik, oportunis…
Tahukah
Anda, apa yang terjadi setelah itu?
Ribuan
rakyat Irak tewas sebagai korban, rumah-rumah hancur, masjid-masjid hancur,
sekolah, perpustakaan, museum, fasilitas listrik, transportasi, dll. semua
hancur. Irak menjadi negara puing-puing. Mereka luluh lantak. Katanya, sampai
saat ini korban jatuh di pihak rakyat Irak dan tentaranya, berjumlah lebih dari
1 juta jiwa sejak Perang Teluk 1990-1991 itu. Negeri Irak hancur bukan karena
kegagahan prajurit Amerika, tetapi karena pesawat-pesawat tempur dan rudal
mereka. Amerika sedikit memakai tenaga manusia. Kalau perang, mereka lebih suka
memakai alat-alat militer.
Lalu siapa
yang disuruh membiayai peperangan itu?
Semua biaya
perang itu dibebankan kepada: Kuwait dan Saudi. Seingat saya, ketika itu Saudi
harus mengeluarkan biaya sekitar US$ 30 miliar (atau sekitar 300 triliun
rupiah). Begitu pula Kuwait, kas negara itu dikuras oleh pasukan Sekutu. Belum
lagi, konsesi pengelolaan minyak di Irak, Kuwait, Saudi pasca Perang Teluk,
sangat dicampuri kepentingan Amerika, Inggris, Prancis. Prancis pernah marah
kepada Amerika, karena mereka hanya kebagian porsi kue ekonomi kecil. Sebegitu
bejatnya kaum kuffar terlaknat itu. Mereka sendiri yang membuat perang, mereka
yang terjun perang, mereka pula yang minta diongkosi. Habis sudah,
kekayaan-kekayaan negeri Muslim.
Lihatlah
betapa kejinya kelakuan syaitan-syaitan kafir itu! Mereka memprovokasi Irak
agar menyerang Kuwait, setelah itu Irak ditinggalkan. Selanjutnya mereka mendukung
negara Irak dihancurkan Amerika dan Sekutu. Setelah perang usai, Irak hancur,
Saddam menderita, Saudi dan Kuwait disuruh membayar biaya perang. Ini semua
adalah akal-akalan gila orang kafir terkutuk, semoga laknat Allah, para
Malaikat, dan alam semesta menimpa wajah-wajah mereka, menimpa anak-anak
mereka, menimpa hidup mereka. Allahumma amin.
…Kafir-kafir
terkutuk ini rupanya tidak puas dengan menghisap ratusan triliun kekayaan kaum
Muslimin selama Perang Teluk lalu. Kini mereka bersiap-siap menghisap kekayaan
kaum Muslimin di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia-Malaysia…
Lalu, kini
apa yang terjadi?
Kafir-kafir
terkutuk ini rupanya tidak puas dengan menghisap ratusan triliun kekayaan kaum
Muslimin selama Perang Teluk lalu. Kini mereka bersiap-siap menghisap kekayaan
kaum Muslimin di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia-Malaysia.
Coba saja,
siapa yang paling diuntungkan oleh konflik Indonesia-Malaysia ini? Siapa wahai
bangsa Indonesia, siapa? Yang paling diuntungkan, adalah kafir-kafir yang mencari
makan di negeri kita itu. Mereka semua kini sedang bersiap menjerumuskan kita
dalam perang antar saudara serumpun, yang akibatnya pasti merusak kehidupan
rakyat Indonesia dan Malaysia sendiri. Sementara mereka terus saja mengeruk
kekayaan kita tanpa henti.
Kalau banga
Indonesia jujur, mengapa tidak dibersihkan saja negeri ini dari para ekonom
Neolib, dari IMF dan Bank Dunia, negara donor asing, dibersihkan dari jaringan
bisnis China, dari perusahaan-perusahaan Amerika, Jerman, Inggris, Jepang, Korea,
dll. Mengapa tidak kita bersihkan saja negeri kita dari kolonialis-kolonialis
itu? Mengapa kita justru hendak memantik permusuhan dengan sesama negara
Muslim?
Okelah,
andaikan harus berperang dengan Malaysia. Tetapi pertanyaannya, akan kita kemanakan
para kolonialis-kolonialis asing itu? Apakah akan kita biarkan saja mereka
terus mengeruk kekayaan negeri ini? Apakah adil, kita berperang melawan
Malaysia karena alasan-alasan yang bisa dirundingkan antar pemimpin birokrasi
kedua negara, sementara itu kita diam saja atas penjajahan oleh
perusahaan-perusahaan asing yang sejak tahun 70-an (selama 40 tahunan) aktif
mengeruk kekayaan negeri ini? Apakah ini suatu keadilan?
…Kita tidak
pungkiri betapa sakit hati kita menghadapi sikap-sikap oknum di Malaysia yang
overacting, kejam kepada TKI, dan sangat melecehkan. Sebagai bangsa yang masih
punya harga diri, kita marah. Tapi masalahnya, kondisi itu kita ciptakan
sendiri…
Kita tidak
pungkiri betapa sakit hati kita karena menghadapi sikap-sikap oknum di Malaysia
yang overacting, kejam kepada TKI, dan sangat melecehkan. Sebagai bangsa yang
masih punya harga diri, kita marah. Tapi masalahnya, kondisi itu kita ciptakan
sendiri. Kita telah memilih Reformasi 1998. Di balik Reformasi ini ada
gelombang LIBERALISME di segala bidang. Akibat liberalisme, kehidupan kita
hancur-lebur, seperti sekarang.
Dalam
kondisi rusak, lemah, dan hancur ini, kita tak mampu meninggikan martabat kita.
Wajah kita tertunduk lesu, memandangi kekalahan bangsa dalam pergolakan politik
yang tak jelas ujungnya itu. Saat lemah seperti ini, apa yang bisa kita lakukan
untuk menjaga harga diri bangsa? Tidak ada! Kelemahan ini adalah PILIHAN kita
sendiri yang meminta Reformasi, meminta demokrasi liberal, meminta ekonomi
liberal, meminta pemimpin seperti Gus Dur, Megawati, Gus Dur. Semua ini pilihan
kita sendiri!
Jangan
menyalahkan Malaysia kalau mereka bersikap agresif. Dulu di jaman Soeharto,
bangsa lain tak berani memprovokasi kita, karena ketika itu kita masih memiliki
sedikit INTEGRITAS. Nah, saat ini sebagian besar politisi dan pejabat bersikap
munafik, oportunis. Apa yang bisa diharapkan dari keadaan seperti ini?
Demi Allah,
janganlah kita buka IDE GILA tentang konfrontasi Indonesia-Malaysia. Kita ini
bangsa serumpun, sama-sama Muslim. Jangan mau diadu domba oleh syaitan-syaitan
keji yang terus gentayangan menjajakan proposal perang itu. Kita yang nanti
berperang, kita yang sama-sama bonyok, sementara mereka terus menghitung untung
dari jualan senjata.
…janganlah
kita buka ide gila tentang konfrontasi Indonesia-Malaysia. Kita ini bangsa
serumpun, sama-sama Muslim. Jangan mau diadu domba. Kita yang nanti berperang,
kita yang sama-sama bonyok, sementara mereka terus menghitung untung dari
jualan senjata…
Kini Amerika
dan sekutunya Eropa, sedang kelimpungan untuk menghentikan perang di Irak,
Afghanistan, dan Pakistan. Mereka kesusahan, sebab perang itu sangat menguras
energi. Mereka nyaris kalah di medan-medan itu. Kini mereka memprovokasi Korea
Utara, Korea Selatan, Jepang, China, dll. agar terlibat perang juga. Ya,
alasannya masih klise, cari makan untuk anak-isteri, buat beli paha babi, minum
whiskey, dan seks bebas.
Indonesia-Malaysia
menjadikan bidikan berikutnya. Jangan bodoh, jangan lebay! Kita harus pintar
melihat kenyataan. Andaikan nanti kita sudah merasakan 1001 nestapa akibat
peperangan yang kita sendiri tak punya kemampuan menerjuni perang itu, barulah
kita akan sadar arti dari “kotoran” yang dilempar aktivis Bendera ke Kedubes
Malaysia. Kotoran itu kelak bisa dikutuk oleh berjuta manusia di
Indonesia-Malaysia.
Camkan
firman Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka
damaikanlah perselisihan di antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat” (Qs Al-Hujurat 10).